Wednesday, April 8, 2015

PUBT DV SOS 2015

5 April 2015

The only thing worse than being blind is having sight but no vision.
- Helen Keller -



Bagi saya, hari Minggu adalah hari untuk membayar kelelahan dan kesibukan di sepanjang minggu, dimana bangun pagi dan mandi pagi adalah hal yang mustahil, hari Minggu adalah hari malas bagi saya. Namun hari minggu ini berbeda, saya harus bangun di pagi hari dan mandi dengan air dingin, menyempatkan waktu untuk berkendara sejauh 17 km dan menenteng tas laptop yang cukup berat hanya untuk menjadi seorang volunteer di sebuah kegiatan sosial. Apakah saya merasa berkorban? Tentu saja, saya mengorbankan waktu istirahat dan tenaga saya di hari Minggu. Namun saya menyadari bahwa mendapat pengalaman berharga dari menjadi seorang volunteer adalah kegiatan yang jauh lebih baik dari sekedar mementingkan keegoisan diri sendiri.  

Gedung Tzu Chi Indonesia, PIK
Kegiatan yang saya ikuti ini adalah sebuah kegitan tahunan yang diadakan oleh UKM Buddhis KMBD Binus University yang menitik beratkan pada kegiatan sosial. Tahun ini, acara bertema “ Bring the Light for The Blind” yang bertujuan untuk membantu sesama kita yang memiliki keterbatasan dalam melihat atau tunanetra. Acara ini dilangsungkan di gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berlokasi di Pantai Indak Kapuk, Jakarta Utara. Dalam mendukung acara ini, dibutuhkan setidaknya 1000 orang volunteer untuk pengetikan ulang teks buku bagi tunanetra - yang nantinya akan dicetak dalam huruf Braille.

Pertanyaannya adalah, kenapa saya mau mengikuti acara ini? Jawabannya adalah karena adanya rasa penasaran. Penasaran dengan organisasi Tzu Chi dan gedungnya yang indah itu, penasaran dengan kegiatan itu sendiri, penasaran untuk merasakan pengalaman menjadi seorang volunteer, rasa penasaran yang kemudian berubah menjadi kerelaan diri untuk menolong orang lain. Rasa penasaran yang berbuah baik.

"Dijamin Jadi Penulis" hal. 72-93
Acara ini berlangsung mulai pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 17.00. Saya mendapat bagian untuk mengetik buku dengan judul "Dijamin Jadi Penulis" yang dimulai dari halaman 72 sampai halaman 93. Selain kegiatan peengetikan ulang teks buku tunanetra, kami para volunteer dibekali dengan pengetahuan tentang beberapa organisasi sosial seperti Tzu Chi dan seperti Mitra Netra, yang merupakan wadah pembelajaran bagi para tunanetra. Kami juga disuguhi oleh beberapa performance yang menarik seperti penampilan dari band, tari tradisional, penampilan dari Tzu Chi Indonesia, dan yang paling membuat saya kagum adalah penampilan bakat dari para tunanetra. Tidak bisa saya bayangkan sebelumnya seorang tunanetra mampu bermain alat musik dengan sangat piawai atau bernyanyi dengan suara yang sangat indah, namun itulah yang saya lihat di hari itu, mereka menampilkan beberapa lagu dengan penuh penjiwaan dan semangat, membuat saya menjadi takjub sekaligus terharu. Saya pun menjadi semakin bersemangat dalam mengetik teks buku yang nantinya akan dibagikan untuk mereka baca. 

Beberapa foto dari penampilan yang disuguhkan: 
Permainan biola oleh tunanetra
Duet Performance


Tari kipas yang klasik!
Tarian bahasa isyarat oleh Tzu Chi

Melalui acara ini saya belajar bahwa, memiliki kekurangan bukanlah halangan dalam berprestasi dan berkontribusi dalam masyarakat, ada beberapa teman kita yang mempunyai kekurangan fisik tapi mempunyai cita-cita dan harapan yang besar untuk masa depan Indonesia, yang kadang justru tidak dimiliki oleh kita yang memiliki kemampuan dan fisik yang sempurna. Sudah selayaknyalah kita sebagai generasi muda yang awas, untuk membantu teman-teman kita yang tunanetra untuk turut bisa melihat keindahan dunia tidak hanya melalui indra tetapi juga melalui hati. Let's donate vision!

TFI for Media Partner DV SOS 2015

Adinda Windy - 1801427923



Friday, April 3, 2015

PAUD DAY 2: LITTLE HAPPINESS



April 1st 2015

It was our second time for visiting PAUD An-Nur in Cilenggang, BSD, and it still a fun experience to remember. Luckily, Eunike could join us today and this was her first time to visit PAUD An-Nur with us, so say hello to her! 

Actually, we planned to arrive there at 8 in the morning, but something happened and for some other reasons we arrived there 30 minutes late - and yes, it was a bit unpleasant situation to start the day. But thankfully, the teachers in PAUD An-Nur weren’t mad at us even though the class has started already. Then, after we apologized, we separated ourselves into three small groups: Priska and Mitha in Class A, Dejan with Jovita in Class B, and then there were also me, Eunike and Milka in play group. And here’s when the fun begins…



Different from last week, I did not teach the children in Class A with Jovita and Dejan anymore. In play group class, which consists of children around the age of 3-4 years, there is no lesson to be taught. We just accompanied the kids to learn-by playing, because we all know that young children learn a lot when they play. With the help from the rectangle colorful foldable Japanese paper, which is commonly known as origami – we taught the kids how to make a flower. We let them pick their own favorable color and let them to fold the paper by themselves. We explained the step after step slowly, using the easiest method as clear as we could. The kids were so serious at first but turned to be bored after they couldn’t fold the paper correctly. That’s why we were here to help you, little kid!

After few moments later, they finally finished their own origami flower, with a little help from us of course. They looked so happy and proud! One of the kid named Gilang even made two origami flower, and a little girl named Nayla said that she will kept and showed her “masterpiece” to her mom later at home. We did a quick photo session with the kids to snap their artistic creations. Look at their happy smiles!

The class duration wasn’t very long; at 9.30 the kids had their teacher permission to open their snacks or meal boxes- breakfast time! The teacher reminded them to wash their hands and pray before eat.
My name is Dian!
Nayla enjoying her breakfast

The class ended 30 minutes later. 

pray together before the school ends


Me, Eunike, Jovita and random things 
Its seems like the first sila of Pancasila has been applied properly by PAUD An-Nur, characterized by praying together before and after they start their activities. Children will get used to pray and enclose to God in their daily activities.
 
See you on next Wednesday, PAUD An-Nur!


Community Program

Adinda Windy - 1801427923