The only thing worse than being blind is having sight but no vision.
- Helen Keller -
Bagi saya, hari Minggu
adalah hari untuk membayar kelelahan dan kesibukan di sepanjang minggu, dimana
bangun pagi dan mandi pagi adalah hal yang mustahil, hari Minggu adalah hari
malas bagi saya. Namun hari minggu ini berbeda, saya harus bangun di pagi hari
dan mandi dengan air dingin, menyempatkan waktu untuk berkendara sejauh 17 km
dan menenteng tas laptop yang cukup berat hanya untuk menjadi seorang volunteer
di sebuah kegiatan sosial. Apakah saya merasa berkorban? Tentu saja, saya
mengorbankan waktu istirahat dan tenaga saya di hari Minggu. Namun saya
menyadari bahwa mendapat pengalaman berharga dari menjadi seorang volunteer
adalah kegiatan yang jauh lebih baik dari sekedar mementingkan keegoisan diri
sendiri.
Gedung Tzu Chi Indonesia, PIK |
Kegiatan yang
saya ikuti ini adalah sebuah kegitan tahunan yang diadakan oleh UKM Buddhis
KMBD Binus University yang menitik beratkan pada kegiatan sosial. Tahun ini,
acara bertema “ Bring the Light for The Blind” yang bertujuan untuk membantu sesama
kita yang memiliki keterbatasan dalam melihat atau tunanetra. Acara ini
dilangsungkan di gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berlokasi di
Pantai Indak Kapuk, Jakarta Utara. Dalam mendukung acara ini, dibutuhkan setidaknya
1000 orang volunteer untuk pengetikan ulang teks buku bagi tunanetra - yang nantinya
akan dicetak dalam huruf Braille.
Pertanyaannya adalah, kenapa saya mau mengikuti acara ini? Jawabannya adalah karena adanya rasa penasaran. Penasaran dengan organisasi Tzu Chi dan gedungnya yang indah itu, penasaran dengan kegiatan itu sendiri, penasaran untuk merasakan pengalaman menjadi seorang volunteer, rasa penasaran yang kemudian berubah menjadi kerelaan diri untuk menolong orang lain. Rasa penasaran yang berbuah baik.
"Dijamin Jadi Penulis" hal. 72-93 |
Acara ini
berlangsung mulai pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 17.00. Saya mendapat bagian untuk mengetik buku dengan judul "Dijamin Jadi Penulis" yang dimulai dari halaman 72 sampai halaman 93. Selain kegiatan
peengetikan ulang teks buku tunanetra, kami para volunteer dibekali dengan
pengetahuan tentang beberapa organisasi sosial seperti Tzu Chi dan seperti
Mitra Netra, yang merupakan wadah pembelajaran bagi para tunanetra. Kami juga
disuguhi oleh beberapa performance yang menarik seperti penampilan dari band,
tari tradisional, penampilan dari Tzu Chi Indonesia, dan yang paling membuat
saya kagum adalah penampilan bakat dari para tunanetra. Tidak bisa saya
bayangkan sebelumnya seorang tunanetra mampu bermain alat musik dengan sangat piawai
atau bernyanyi dengan suara yang sangat indah, namun itulah yang saya lihat di
hari itu, mereka menampilkan beberapa lagu dengan penuh penjiwaan dan semangat,
membuat saya menjadi takjub sekaligus terharu. Saya pun menjadi semakin
bersemangat dalam mengetik teks buku yang nantinya akan dibagikan untuk mereka
baca.
Beberapa foto dari penampilan yang disuguhkan:
Permainan biola oleh tunanetra |
Duet Performance |
Tari kipas yang klasik! |
Tarian bahasa isyarat oleh Tzu Chi |
Melalui acara ini
saya belajar bahwa, memiliki kekurangan bukanlah halangan dalam berprestasi dan
berkontribusi dalam masyarakat, ada beberapa teman kita yang mempunyai
kekurangan fisik tapi mempunyai cita-cita dan harapan yang besar untuk masa
depan Indonesia, yang kadang justru tidak dimiliki oleh kita yang memiliki
kemampuan dan fisik yang sempurna. Sudah selayaknyalah kita sebagai generasi
muda yang awas, untuk membantu teman-teman kita yang tunanetra untuk turut bisa
melihat keindahan dunia tidak hanya melalui indra tetapi juga melalui hati. Let's donate vision!
TFI for Media Partner DV SOS 2015 |
Adinda Windy - 1801427923